Minggu, 10 Mei 2009

Chikungunya

Dikutip Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan
alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti.
Namanya berasal dari sebuah kata dalam bahasa Makonde yang berarti "yang
melengkung ke atas", merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala
arthritis penyakit ini.

Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952,
kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)
Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982 di beberapa provinsi: Yogyakarta (1983),
Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di
Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, menjangkiti 27 orang [1].

Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C, nyeri
pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta
tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.

Ujian serologi untuk Chikungunya tersedia di Universitas Malaya di Kuala
Lumpur, Malaysia.

Tidak terdapat sebarang rawatan khusus bagai Chikungunya. Penyakit
ini biasanya dapat membatasi diri sendir dan akan sembuh sendiri.
Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan
penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya.


*DEFINISI*

Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita,
yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (*arthralgia*). Nyeri
sendi ini terjadi pada lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan
kaki.

*PENYEBAB*

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk
keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk *Aedes
Aegypti*.

*GEJALA*

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa
demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala
yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit
pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu
tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa
menimbulkan gejala sama sekali atau *silent virus chikungunya*.

Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak
akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan
berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot
berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam
beberapa waktu kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.

Meskipun dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada
penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.

*DIAGNOSA*

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain
uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA.
Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk
kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan
praktis klinis sehari-hari.

*PENGOBATAN*

Demam Chikungunya termasuk "*Self Limiting Disease*" atau penyakit yang
sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit
ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan
gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti
golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis
asetosal.

Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.

Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak
mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.

Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak
protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum
banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat
terjadi demam.

*PENCEGAHAN*

Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa
virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air
bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang
menampung air bersih.

Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang
menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu,
nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap.

Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk *Aedes aegypti* maka cara
terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk
tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue.

Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.

Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke
dinding. Hal ini karena *Aedes aegypti* tidak suka hinggap di dinding,
melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah
dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat
penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak
seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai
menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti
sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi
hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga
terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian,
tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.

Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan
obat oles kulit (*insect repellent*) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA
lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan
untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

Tidak ada komentar: